No | Lokasi Pengamatan | Ketinggian Terakhir | Lokasi | Kab/Kota | DAS Polder | Selisih Waktu Dengan Saat ini | Ketinggian Hari Ini | Curah Hujan 1 Minggu | Curah Hujan 1 Bulan | Curah Hujan 1 Tahun |
---|
Penampakan Pintu Air Manggarai, Jakarta Pusat, saat menerima banjir kiriman pada Selasa (4/3/2025).
JAKARTA - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui Dinas Sumber Daya Air (SDA) Provinsi DKI Jakarta melakukan berbagai upaya penanganan genangan atau banjir akibat luapan Sungai/Kali Ciliwung yang kawasan hulu-nya diguyur hujan sangat lebat hingga ekstrem sejak Minggu (2/3/2025).
Plt. Kepala Dinas SDA, Ika Agustin Ningrum menyampaikan bahwa pihaknya telah mengerahkan seluruh pasukan biru di lapangan untuk penangnanan genangan.
Ia menambahkan bahwa pihaknya juga mengoperasikan 500 unit pompa air di 202 lokasi untuk mengendalikan genangan. Infrastruktur pengendali banjir seperti pompa mobile juga dikerahkan guna mempercepat penyedotan air di lokasi terdampak.
Pompa-pompa tersebut dipastikan bekerja sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP), meskipun beberapa harus dijadwalkan istirahat agar tidak mengalami kerusakan.
“Karena permukaan Jakarta lebih rendah dari laut dan tinggi muka air di sungai lebih tinggi, maka pompa-pompa yang ada harus segera beroperasi,” ucap Ika, sebagaimana dikutip BeritaJakarta, Rabu (5/3/2025).
Untuk mempercepat pengurangan debit Kali Ciliwung, Pemprov DKI telah membuka Sodetan Ciliwung di Bidara Cina, Jakarta Timur, untuk selanjutnya dialirkan ke Kanal Banjir Timur (KBT). Pembukaan sodetan ini, sambung Ika, dilakukan untuk mengurangi debit air Sungai Ciliwung yang menuju Kanal Banjir Barat.
“Kemarin sore, ketinggian air di Pintu Air Manggarai mencapai 800–850 cm. Kalau sodetan Ciliwung tidak dibuka, ketinggian air bisa lebih tinggi,” ujarnya.
Ia menambahkan, dengan kondisi cuaca yang masih berpotensi hujan dalam dua hari ke depan, Pemprov DKI Jakarta terus bersiaga dan berkoordinasi dengan berbagai pihak untuk menangani banjir di Jakarta.
Namun, upaya pengerukan sungai sementara dihentikan karena tingginya permukaan air. Pengerukan akan kembali dilakukan setelah air surut untuk mengurangi sedimentasi di sungai.
“Peralatan sudah siap di lokasi, tapi jika air masih tinggi, alat berat bisa terguling. Kami akan lanjutkan pengerukan setelah kondisi memungkinkan,” tutur Ika.
Komentar