No | Lokasi Pengamatan | Ketinggian Terakhir | Lokasi | Kab/Kota | DAS Polder | Selisih Waktu Dengan Saat ini | Ketinggian Hari Ini | Curah Hujan 1 Minggu | Curah Hujan 1 Bulan | Curah Hujan 1 Tahun |
---|
Program Geologi, Konservasi Air Baku, dan Penyediaan Air Bersih adalah sebuah program komprehensif yang dirancang oleh Dinas Sumber Daya Air (SDA) untuk menangani tantangan yang terkait dengan geologi, konservasi sumber air baku, dan penyediaan air bersih di wilayah Jakarta. Program ini tidak hanya menjadi bagian penting dalam pengelolaan sumber daya air, tetapi juga berperan dalam memastikan ketersediaan air bersih yang berkelanjutan bagi masyarakat ibu kota. Melalui pendekatan yang sistematis dan terstruktur, program ini bertujuan untuk mewujudkan pengelolaan air yang lebih baik dan berkelanjutan, guna mendukung kualitas hidup warga Jakarta.
Fokus Utama Program
Program ini mencakup beberapa aspek utama, yakni perumusan kebijakan, pelaksanaan lapangan, pemantauan, evaluasi, serta pelaporan yang terkait dengan kegiatan geologi, konservasi air baku, dan penyediaan air bersih. Dalam konteks geologi, program ini bertujuan untuk memetakan sumber daya air yang ada, baik di permukaan maupun di bawah tanah, serta memahami karakteristik geologi wilayah Jakarta yang mempengaruhi ketersediaan air. Dengan adanya pemetaan dan analisis ini, diharapkan dapat ditemukan solusi untuk mengatasi masalah kekurangan air di wilayah tertentu dan merancang sistem distribusi yang lebih efisien.
Sementara itu, dalam aspek konservasi air baku, program ini menitikberatkan pada perlindungan sumber-sumber air baku, seperti sungai, danau, dan waduk, dari ancaman pencemaran dan eksploitasi berlebihan. Konservasi ini dilakukan melalui berbagai upaya, termasuk pembuatan kebijakan yang mendukung pengelolaan air secara lestari, serta kampanye kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga sumber daya air. Pengelolaan yang baik terhadap air baku sangat penting untuk memastikan ketersediaan air bersih di masa depan, mengingat Jakarta sering menghadapi tantangan krisis air, terutama di musim kemarau.
Aspek terakhir, penyediaan air bersih, menjadi komponen krusial dalam program ini. Penyediaan air bersih bukan hanya soal memastikan adanya pasokan air yang cukup, tetapi juga memastikan kualitas air yang sesuai dengan standar kesehatan. Dalam hal ini, program ini bekerja sama dengan berbagai pihak terkait, seperti perusahaan air minum dan instansi kesehatan, untuk memastikan air yang didistribusikan kepada masyarakat sudah melalui proses pengolahan yang baik dan aman untuk dikonsumsi.
Implementasi Program
Dalam implementasinya, program ini melibatkan berbagai pihak, mulai dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, hingga masyarakat umum. Pemerintah pusat dan daerah berperan dalam penyusunan kebijakan dan regulasi, serta pengalokasian anggaran yang diperlukan untuk mendukung program ini. Sementara itu, masyarakat memiliki peran penting dalam mendukung program ini melalui kepedulian dan partisipasi aktif dalam menjaga kebersihan sumber-sumber air dan menghemat penggunaan air bersih.
Selain itu, program ini juga dilengkapi dengan mekanisme pemantauan dan evaluasi yang ketat, guna memastikan setiap langkah yang diambil berjalan sesuai dengan rencana. Pemantauan ini melibatkan pengukuran ketersediaan dan kualitas air secara berkala, serta evaluasi dampak program terhadap masyarakat dan lingkungan sekitar. Hasil dari pemantauan dan evaluasi tersebut akan digunakan sebagai bahan untuk menyusun laporan dan memberikan rekomendasi perbaikan untuk program-program selanjutnya.
Kesimpulan
Secara keseluruhan, Program Geologi, Konservasi Air Baku, dan Penyediaan Air Bersih merupakan upaya holistik yang bertujuan untuk menjawab tantangan terkait pengelolaan air di Jakarta. Melalui kerja sama yang erat antara pemerintah, instansi terkait, dan masyarakat, program ini diharapkan dapat memastikan ketersediaan air bersih yang berkelanjutan, menjaga keseimbangan ekosistem, serta mendukung pembangunan berkelanjutan di ibu kota.
Dalam pelayanannya, Dinas Sumber Daya Air Provinsi DKI Jakarta berkomitmen memenuhi setiap hak warga Jakarta dalam memperoleh akses air bersih yang layak melalui ragam pembangunan infrastruktur dan pembuatan kebijakan.
Instalasi Pengolahan Air (IPA) adalah sebuah sistem atau sarana yang berfungsi untuk mengolah air dari kualitas baku terkontaminasi untuk mendapatkan perawatan kualitas air yang diinginkan sesuai standar mutu atau siap untuk dikonsumsi. Terdapat ragam bentuk sarana Instalasi Pengolahan Air di Jakarta. Mulai dari, bangunan, mobile, hingga tangki air.
Sea Water Reverse Osmosis (SWRO) adalah teknologi canggih dalam Instalasi Pengolahan Air yang mampu mengubah air laut menjadi air bersih yang layak untuk dikonsumsi. Proses ini melibatkan penyaringan air laut melalui membran khusus yang dapat menghilangkan garam dan kontaminan lainnya, menghasilkan air berkualitas tinggi yang memenuhi standar air minum. Teknologi ini sangat penting bagi daerah yang memiliki keterbatasan sumber air tawar, terutama wilayah pesisir atau pulau-pulau kecil.
Implementasi SWRO di Jakarta merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk memastikan ketersediaan air bersih yang berkelanjutan bagi masyarakat. Dengan mengolah air laut yang melimpah, Jakarta dapat mengurangi ketergantungan pada sumber air tawar konvensional dan menghadapi tantangan perubahan iklim yang semakin mengancam ketersediaan air. SWRO tidak hanya menyediakan solusi praktis, tetapi juga mendukung ketahanan air di kota besar ini.
Brackish Water Reverse Osmosis (BWRO) adalah teknologi mutakhir dalam Instalasi Pengolahan Air yang dirancang untuk mengolah air payau menjadi air bersih berkualitas tinggi yang layak untuk diminum. Air payau, yang umumnya memiliki kadar garam lebih rendah dibandingkan air laut namun tetap terlalu tinggi untuk konsumsi langsung, diolah melalui proses filtrasi menggunakan membran khusus. Membran ini efektif menyaring garam dan kontaminan lain, sehingga hasil akhirnya adalah air yang bersih dan memenuhi standar air minum. BWRO menjadi solusi penting di wilayah-wilayah yang memiliki sumber air tawar terbatas namun memiliki akses ke air payau, seperti daerah pesisir atau kawasan yang dekat dengan estuari.
Penggunaan teknologi BWRO di Jakarta merupakan langkah strategis dalam mengatasi keterbatasan sumber air tawar di kota besar ini. Dengan mengolah air payau yang tersedia, BWRO dapat mengurangi tekanan terhadap sumber air tawar konvensional dan meningkatkan ketersediaan air bersih bagi masyarakat. Teknologi ini tidak hanya memastikan pasokan air bersih yang lebih stabil, tetapi juga mendukung keberlanjutan lingkungan dengan memanfaatkan sumber daya air yang sebelumnya kurang optimal. Melalui BWRO, Jakarta dapat memperkuat ketahanan airnya dan lebih siap menghadapi tantangan perubahan iklim yang memengaruhi ketersediaan sumber daya air.
Kedua teknologi ini dapat ditemukan di kawasan Kab. Kepulauan Seribu untuk memastikan masyarakat di pulau dapat mendapatkan akses air bersih di rumah masing-masing.
Sistem Pengelolaan Air Minum (SPAM) merupakan sistem untuk menghasilkan air minum yang sesuai dengan standar yang berlaku agar prasarana dan sarana dalam kebutuhan air minum masyarakat terpenuhi.
SPAM Komunal Mookervart yang didirikan di Cengkareng Jakarta menjadi salah satu percontohan perwujudan infrastruktur tersebut. Pembangunan ini merupakan hasil dari sinergi antara PD PAM Jaya dengan Dinas Sumber Daya Air Jakarta.
SPAM Mookervart menggunakan teknologi Moving Bed Bio Reactor (MBBR) yang mampu mengolah polutan organik dan amonia dengan bantuan organisme yang tumbuh pada suatu media. Air baku yang dihasilkan akan diolah melalui proses Ultrafiltration yang menggunakan membrane untuk memisahkan semua partikel seperti debu, bakteri, hingga virus.
Sementara, untuk memisahkan garam serta sisa polutan lainnya akan dilakukan dengan menggunakan teknologi Reverse Osmosis (RO), sehingga menghasilkan air berkualitas tinggi yang dapat dikonsumsi oleh masyarakat.
SPAM Mookervaart ini memiliki berkapasitas 110 liter per detik, menjadi bentuk implementasi Undang-undang Nomor 17 Tahun 2019 tentang Sumber Daya Air.
Dinas Sumber Daya Air Provinsi DKI Jakarta berkomitmen untuk mengelola, menjaga, dan melestarikan ragam sumber air bersih yang ada di Jakarta, khususnya air tanah.
Embung adalah penampungan kelebihan air hujan pada musim hujan dan digunakan pada saat musim kemarau (Permen ATRBPN No.30 Tahun 2019). Selain sebagai pengendali banjir, embung retensi juga memiliki peran penting dalam me-recharge air tanah dan pelestarian ekologi air di Jakarta.
Embung retensi juga berfungsi sebagai sumber air alternatif yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan irigasi, kebakaran, hingga pemenuhan kebutuhan air bersih. Selain itu, embung memberikan manfaat lingkungan dengan menciptakan ruang hijau dan habitat bagi keanekaragaman hayati, serta mendukung mitigasi perubahan iklim melalui penyerapan karbon.
Drainase Vertikal adalah sebuah jenis drainase yang arah alirannya vertikal dengan tujuan mengalirkan air ke dalam tanah, membantu proses peresapan air air kedalam tanah/menampung air hujan. Saat hujan, drainase ini dapat mengurangi limpasan air hujan ke permukaan sekaligus meresapkan air ke tanah (konservasi air).
Drainase vertikal memiliki beberapa manfaat yaitu:
Drainase vertikal secara umum dapat dibangun di persil bangunan (gedung, rumah, area publik, dan sebagainya) dan di area-area genangan lokal (bukan limpasan dari lokasi lain).
Di DKI Jakarta, pembangunan drainase vertikal diatur dalam Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 20 Tahun 2013 tentang Sumur Resapan. Pembangunan ini banyak dilakukan di Jakarta Timur, Jakarta Selatan, dan Jakarta Barat yang tanahnya memenuhi persyaratan teknis sebagai sarana retensi (penampungan air yang dilanjutkan penyerapan air). Sedangkan Jakarta Utara dibangun sarana detensi (penampungan air yang dilanjutkan penyaluran air sesuai tujuannya).
Setelah Indonesia Merdeka, aktivitas masyarakat perkotaan juga semakin sibuk dan membutuhkan sumber daya yang mumpuni, salah satunya air. Namun, keterbatasan persediaan air sangat terbatas tak terkecuali air tanah. Penggunaan air tanah yang eksploitatif ini berdampak terhadap kosongnya akuifer, yang menyebabkan pemadatan lapisan akuifer. Fenomena ini menjadi penyebab utama turunnya muka tanah di Jakarta.
Penurunan muka tanah menjadi fenomena yang mendesak karena berdampak buruk bagi keberlangsungan hidup masyarakat perkotaan. Oleh karena itu, Dinas Sumber Daya Air Jakarta melakukan ragam upaya untuk menanggulangi fenomena ini.
Salah satunya adalah membuat kebijakan Zona Bebas Air Tanah (ZOBAT). Melalui Peraturan Gubernur Nomor 93 tahun 2021 tentang Zona Bebas Air Tanah, diatur larangan pengambilan air tanah di beberapa kawasan di Jakarta. Lebih lanjut, juga dilakukan pemantauan terhadap laju penurunan muka tanah sebagai bentuk upaya pengawasan.
Selain itu, dibangun juga ragam infrastruktur seperti waduk konservasi yang bertujuan untuk me-recharge air tanah.