Berita & Artikel

Rumah Pompa Sunter...

Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung mengatakan bahwa Rumah Pompa Sunter C menjadi percontohan penangnan banjir di Jakarta yang diakibatkan dari hujan lokal. Hal ini disampaikannya saat konferensi pers usai meresmikan Rumah Pompa Sunter C, Senin (26/5/2025).“Saya bersyukur hari ini kita memulai cara penanganan banjir yang bersifat spot atau daerah tertentu yang memang mengalami banjir,” ucap Gubernur Pramono.“Saya tadi sudah melihat sistemnya sangat baik dan menurut saya ini sebagai salah satu contoh penanganan banjir-banjir yang bersifat spot lokal di Jakarta, karena seperti yang saya sampaikan pada prinsipnya banjir ada tiga, banjir kiriman, banjir spot lokal, kemudian banjir karena rob,” imbuhnya.Memiliki 3 unit pompa dengan kapasitas total 6.000 liter per detik, Rumah Pompa Sunter C diharapkan mampu mengatasi genangan yang terdampak di Kelurahan Sunter Agung dan Sungai Bambu, Kecamatan Tanjung Priok. Rumah Pompa Sunter C juga telah dilengkapi dengan sistem digital, sehingga dapat dioperasikan dan dimonitor secara langsung.“Tadi saya sudah melihat secara langsung ada tiga pompa utama dan cara penanganannya sudah betul-betul secara digital, diketahui secara langsung,” ucapnya.Untuk informasi, Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung meresmikan Rumah Pompa Sunter C di Jalan Danau Sunter Utara, Kelurahan Sunter Agung, Kecamatan Tanjung Priok, Jakarta Utara, pada Senin (26/5/2025).Pembangunan Rumah Pompa Sunter C didasarkan pada pengamatan genangan dari tahun 2020 - 2023, yang mana terdapat genangan berulang di Jalan Danau Sunter Utara Kelurahan Sunter Agung dan Jalan Gaya Motor Kelurahan Sungai Bambu dengan ketinggian 20-50 cm.Pembangunan Rumah Pompa Sunter C dibangun untuk mengoptimalkan Saluran Phb. Sunter C sebagai ekosistem pengendalian banjir.Rumah Pompa Sunter C ini diharapkan dapat meningkatkan kapasitas Polder Sunter Selatan dan Polder Sunter Utara sebagai Ekosistem Pengendalian Banjir, menurunkan tinggi muka air di Saluran Phb. Sunter C sehingga sistem saluran di sisi Utara dan Selatan Jalan Danau Sunter Utara dapat berfungsi secara optimal untuk pengendalian banjir, serta mengurangi beban aliran banjir yang menuju Danau Sunter Utara dan Danau Sunter Selatan.

Diresmikan Gubernur...

Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung meresmikan Rumah Pompa Sunter C di Jalan Danau Sunter Utara, Kelurahan Sunter Agung, Kecamatan Tanjung Priok, Jakarta Utara, pada Senin (26/5/2025). Pembangunan Rumah Pompa Sunter C dibangun untuk mengoptimalkan Saluran Phb. Sunter C sebagai ekosistem pengendalian banjir dengan tujuan untuk mengatasi genangan yang terdampak di Kelurahan Sunter Agung dan Sungai Bambu, Kecamatan Tanjung Priok.Dalam sambutannya, Gubernur Pramono menyampaikan bahwa pembangunan Rumah Pompa Sunter C ini menjadi bentuk kesungguhan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam penanganan banjir."Dalam kesempatan ini saya juga ingin menyampaikan kepada teman-teman sekalian bahwa Pemerintah DKI Jakarta secara sungguh-sungguh ingin menangani persoalan banjir," ucapnya.Rumah Pompa Sunter C ini dilengkapi dengan 3 unit pompa berkapasitas masing-masing 2.000 liter per detik serta satu unit pompa lumpur berkapasitas 250 liter per detik.Pembangunan Rumah Pompa Sunter C didasarkan pada pengamatan genangan dari tahun 2020 - 2023, yang mana terdapat genangan berulang di Jalan Danau Sunter Utara Kelurahan Sunter Agung dan Jalan Gaya Motor Kelurahan Sungai Bambu dengan ketinggian 20-50 cm.Pembangunan rumah pompa ini menghabiskan anggaran sebesar Rp80 miliar, dengan rincian masing-masing unit pompa senilai Rp10 miliar dan sisanya digunakan untuk melengkapi sarana dan prasarana rumah pompa tersebut."Jadi lengkap dengan pipa, dengan fasilitas dan sebagainya kurang lebih 80M. Sehingga bagian dari transparansi yang akan kami lakukan semua yang kami buat budgetnya akan kami buka untuk publik supaya publik juga akan mengetahuinya," kata Gubernur.Dalam pengoperasiannya, Rumah Pompa Sunter C dilengkapi dengan sistem digital sehingga setiap pompa yang sedang bekerja dapat dipantau langsung secara real time."Saya sudah melihat secara langsung ada tiga pompa utama dan cara penanganannya sudah betul-betul secara digital, diketahui secara langsung," ucap Pramono.Kehadiran rumah pompa ini, lanjut Gubernur, sebagai langkah Pemprov Jakarta dalam menangani banjir, khususnya yang disebabkan oleh hujan lokal."Menurut saya ini sebagai salah satu contoh penanganan banjir-banjir yang bersifat spot lokal di Jakarta, karena seperti yang saya sampaikan pada prinsipnya banjir ada tiga, banjir kiriman, banjir spot lokal, kemudian banjir karena rob," tuturnya.Plt. Kepala Dinas Sumber Daya Air (SDA) Jakarta, Ika Agustin Ningrum, berujar bahwa rumah pompa ini memiliki saluran penyimpanan air sepanjang 2,2 kilometer dan mampu mengendalikan banjir di area seluas kurang lebih 20 hektare.“Permasalahan di daerah ini adalah, jadi kalau banjir jalan-jalan di Sunter Agung ini, sudah rata dengan sungainya, dan kalau curah hujannya masih 100 sampai dengan 150 mm, infrastruktur kita sudah siap. Tetapi kalau curah hujannya lebih dari itu, maka kita perlu pembangunan infrastruktur, oleh karena itu dibangunlah rumah pompa sunter C,” ucap Ika.Rumah Pompa Sunter C ini diharapkan dapat meningkatkan kapasitas Polder Sunter Selatan dan Polder Sunter Utara sebagai Ekosistem Pengendalian Banjir, menurunkan tinggi muka air di Saluran Phb. Sunter C sehingga sistem saluran di sisi Utara dan Selatan Jalan Danau Sunter Utara dapat berfungsi secara optimal untuk pengendalian banjir, serta mengurangi beban aliran banjir yang menuju Danau Sunter Utara dan Danau Sunter Selatan.

Tembok Gudang Rawa...

Suku Dinas Sumber Daya Air (SDA) Kota Administrasi Jakarta Selatan melakukan perbaikan tembok panel yang sempat roboh akibat tak mampu menahan hujan cukup deras di Gudang Rawa Minyak-Jl. Raya Aup, Pasar Minggu, Jakarta Selatan.Hingga Jumat (23/5/2025), perbaikan sedang dalam fase pemasangan fondasi batu kali yang berfungsi sebagai penopang kolom dan landasan pagar panel beton. Mengerahkan sebanyak 20 orang Satgas SDA/Pasukan Biru, pekerjaan ini diperkirakan akan selesai pada pekan depan.Untuk informasi, pada Rabu (21/5/2025) sekitar pukul 10.00 WIB terjadi hujan deras di kawasan Kelurahan Pasar Minggu khususnya area Gudang Rawa Minyak.Hujan yang deras mengakibatkan air di saluran penghubung sekeliling lahan Rawa Minyak meluap. Sistem aliran saluran penghubung terkumpul di Embung BI (Bank Indonesia) yang melalui crossing (outlet) Jl. Raya Aup.Akibat debit yang tinggi luapan air tersebut antri menuju outlet Rawa Minyak. Antrean air tersebut mendorong pagar lahan Rawa Minyak yang berupa pagar panel beton dan mengakibatkan pagar roboh sepanjang 7,5 meter sehingga menggenangi pemukiman RT 06/RW 10 Kelurahan Pasar Minggu.Sudin SDA Jakarta Selatan mengerahkan tenaga satgas sebanyak 30 personil untuk membendung air hujan agar tidak melimpas ke jalan menggunakan karung berisi pasir yang disusun setinggi 30-50 cm, membersihkan sampah di sekeliling saluran, membersihkan rumah warga yang terdampak banjir serta membersihkan puing-puing bekas pagar roboh dengan alat berat berupa excavator sebanyak 2 unit serta memasang pagar seng sebagai pembatas area pekerjaan, pengaman dan penghalang pandangan saat bekerja.Hari Kamis (22/5/2025) satgas melakukan pekerjaan galian tanah dan pemasangan pondasi batu kali yang berfungsi sebagai penopang kolom dan landasan pagar panel beton.

Penanganan Tembok J...

Dinas Sumber Daya Air (SDA) melalui Suku Dinas Sumber Daya Air Jakarta Selatan melakukan penanganan tembok yang jebol di Gudang SDA Rawa Minyak di Jalan Raya AUP, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, pada Rabu (21/5/2025).Diketahui, tembok sepanjang 7,5 meter Gudang SDA Rawa Minyak itu roboh diduga akibat tak mampu menahan beban air akibat hujan cukup deras, sehingga melimpas ke Jalan Raya AUP.Guna menangani insiden tersebut, sebanyak 30 Satuan Tugas (Satgas) SDA dibantu petugas di Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) dikerahkan serta dua unit alat berat.Penanganan dilakukan dengan melakukan pembersihan lumpur dan puing pascabanjir, dan sementara ditambal dengan karung pasir yang ditumpuk dan terpal.Terpantau hingga pukul 13.20 WIB, air yang melimpas di Jalan AUP sudah surut, serta puing sudah dibersihkan.Rencananya, perbaikan tembok beton akan dilakukan esok hari pada Kamis (22/5/2025).

Gubernur Pramono An...

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui Dinas Sumber Daya Air (SDA) Provinsi DKI Jakarta melakukan pengerukan Kali Cakung Lama, Jakarta Utara. Upaya ini dilakukan sebagai bagian dari sistem pengendalian banjir terpadu. Selain pengerukan, Kali Cakung Lama juga akan ditanggul dan dibangun rumah pompa, yakni Pompa Bulak Cabe pada bagian hilirnya.Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung menegaskan bahwa tidak ada warga yang digusur pada proyek tersebut. Hal ini disampaikannya usai meninjau pengerukan Kali Cakung Lama di Jalan Gang Masjid, Kelapa Gading, Jakarta Utara, pada Senin (19/5/2025).“Dalam penyelesaian penanganan Sungai Cakung Lama ini kita tidak melakukan penggusuran. Sama sekali kita tidak melakukan penggusuran,” kata Gubernur Pramono Anung.Ia menjelaskan bahwa dalam proyek pengerukan Kali Cakung Lama ini, Pemrpov Jakarta mengedepankan pendekatan personal secara langsung sehingga dapat diterima masyarakat.“Memang progresnya alhamdulillah karena pendekatannya sangat personal yang dilakukan oleh tim masyarakat bisa menerima ini dengan baik,” ucap Pramono.Untuk informasi, Dinas Sumber Daya Air Provinsi DKI Jakarta melakukan pengerukan di Kali Cakung Lama, Jakarta Utara. Pengerukan kali sepanjang 8 kilometer ini terbagi dalam 11 segmen dan ditargetkan selesai pada tahun 2027.Pramono menjelaskan bahwa kawasan Kelurahan Pegangsaan Dua, Kecamatan Kelapa Gading ini kerap dilanda banjir setinggi 30 hingga 40 sentimeter ketika hujan. Hal ini, sambung dia, lantaran Kali Cakung Lama ini sudah lama tidak dikeruk sehingga menyebabkan pendangkalan dan berkurangnya daya tampung badan air tersebut. Ia berharap serangkaian upaya pemerintah ini dapat mengatasi banjir, khususnya di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara.Tentang Pembangunan Tanggul Kali Cakung Lama dan Pompa Bulak CabeBerdasarkan peta sebaran genangan tahun 2020 - 2025 daerah Pegangsaan Dua, Kelapa Gading Kota Jakarta Utara yang berulang setiap tahun dengan ketinggian genangan bervariasi sekitar 15 – 40 cm. Secara sistem daerah alirang sungai (DAS), wilayah genangan ini masuk ke dalam DAS Cakung Lama.Berikut permasalahan pada DAS Cakung Lama, antara lain:1. Pendangkalan KaliTingginya endapan sedimen di Kali Cakung Lama mengakibatkan pendangkalan di sepanjang Kali Cakung Lama yang menjadi salah satu penyebab terjadinya banjir di wilayah sekitar Kali Cakung Lama dan sekitarnya.2. Bantaran Kali yang LongsorKarena belum terdapatnya turap eksisting yang dibuat secara teknis sehingga jalan mudah terjadi longsor yang menghambat saluran dan membahayakan pengguna jalan.3. Genangan Akibat Luapan Kali Cakung LamaKondisi saat terjadinya saat hujan dengan intensitas cukup tinggi menyebabkan terjadinya genangan akibat luapan Kali Cakung Lama.4. Penyempitan Akibat BangunanKondisi saat ini kali yang semakin menyempit karena okupasi warga dan banyaknya bangunan dibantaran kali. Sehingga menyulitkan dalam melakukan pemeliharaan kali.Sebagai respons terhadap kondisi tersebut,Dinas Sumber Daya Air (SDA) Provinsi DKI Jakarta melalui Suku Dinas Sumber Daya Air Kota Administrasi Jakarta Utara melakukan pengerukan Kali Cakung Lama.Tujuan utama pengerukan ini adalah untuk mengangkat endapan lumpur, memperlebar aliran sungai, dan meningkatkan kapasitas tampung air agar tidak meluap saat hujan deras.Pengerukan Kali Cakung Lama terbagi dalam 17 Segmen dari Mulai Jl. Pegangsaan Dua (PT Jamafac) sampai dengan Pompa Bulak Cabe dengan total panjang saluran ± 8,75 Km (Sudah dikeruk ± 2,4 Km dan yang belum dikeruk ±6,35 km) yang sudah dimulai dari tahun 2024 dan ditargetkan selesai pada triwulan 2 (dua) Tahun 2027 .Pompa Bulak CabePembangunan Pompa dengan Kapasitas Pompa 3 x 8 m3/detik dan pompa lumpur 2 x 0.25 m/3 detik. Kegiatan Pembangunan Pompa untuk peningkatan Pompa Bulak Cabe guna menarik aliran Kali Cakung Lama menuju Cakung Drainagar muka air Kali Cakung Lama lebih cepat mengalir menuju Cakung Drain sehingga potensi genangan akibat luapan kali Cakung Lama dapat tertangani.

Kali Cakung Lama Di...

Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung memastikan komitmen Pemerintah Provinsi Jakarta dalam mengatasi banjir, khususnya di kawasan Kecamatan Kelapa Gading, Jakarta Utara. Komitmen ini diwujudkan dengan kegiatan pengerukan sepanjang 8 kilometer di Kali Cakung Lama. Demikian disampaikannya usai meninjau pengerukan Kali Cakung Lama di Jalan Gang Masjid, Kelapa Gading, Jakarta Utara, pada Senin (19/5/2025).“Pengerukan yang ada di Sungai Cakung Lama ini menunjukkan bahwa Pemerintah Jakarta sungguh-sungguh dan serius untuk mengerjakan persoalan yang menjadi keluhan masyarakat di sekitar Kelapa Gading ini,” ujar Gubernur Pramono.Ia menjelaskan bahwa kawasan Kelurahan Pegangsaan Dua, Kecamatan Kelapa Gading ini kerap dilanda banjir setinggi 30 hingga 40 sentimeter ketika hujan. Hal ini, sambung dia, lantaran Kali Cakung Lama ini sudah lama tidak dikeruk sehingga menyebabkan pendangkalan dan berkurangnya daya tampung badan air tersebut.“Untuk itu, pengerukan dimulai dan harapannya tahun 2027 bisa diselesaikan. Panjangnya 8,0 km, terbagi 11 segmen,” kata Pramono.Ia menambahkan, selain pengerukan, Kali Cakung Lama juga akan ditanggul dan dibangun rumah pompa pada bagian hilirnya. Ini dilakukan sebagai bagian dari sistem pengendalian banjir terpadu.“Artinya mudah-mudahan kalau ini tertangani dengan baik maka persoalan banjir yang ada di daerah Kelapa Gading ini bisa tertangani,” tuturnya.Tentang Pembangunan Tanggul Kali Cakung Lama dan Pompa Bulak CabeBerdasarkan peta sebaran genangan tahun 2020 - 2025 daerah Pegangsaan Dua, Kelapa Gading Kota Jakarta Utara yang berulang setiap tahun dengan ketinggian genangan bervariasi sekitar 15 – 40 cm. Secara sistem daerah alirang sungai (DAS), wilayah genangan ini masuk ke dalam DAS Cakung Lama.Berikut permasalahan pada DAS Cakung Lama, antara lain:1. Pendangkalan KaliTingginya endapan sedimen di Kali Cakung Lama mengakibatkan pendangkalan di sepanjang Kali Cakung Lama yang menjadi salah satu penyebab terjadinya banjir di wilayah sekitar Kali Cakung Lama dan sekitarnya.2. Bantaran Kali yang LongsorKarena belum terdapatnya turap eksisting yang dibuat secara teknis sehingga jalan mudah terjadi longsor yang menghambat saluran dan membahayakan pengguna jalan.3. Genangan Akibat Luapan Kali Cakung LamaKondisi saat terjadinya saat hujan dengan intensitas cukup tinggi menyebabkan terjadinya genangan akibat luapan Kali Cakung Lama.4. Penyempitan Akibat BangunanKondisi saat ini kali yang semakin menyempit karena okupasi warga dan banyaknya bangunan dibantaran kali. Sehingga menyulitkan dalam melakukan pemeliharaan kali.Sebagai respons terhadap kondisi tersebut,Dinas Sumber Daya Air (SDA) Provinsi DKI Jakarta melalui Suku Dinas Sumber Daya Air Kota Administrasi Jakarta Utara melakukan pengerukan Kali Cakung Lama.Tujuan utama pengerukan ini adalah untuk mengangkat endapan lumpur, memperlebar aliran sungai, dan meningkatkan kapasitas tampung air agar tidak meluap saat hujan deras.Pengerukan Kali Cakung Lama terbagi dalam 17 Segmen dari Mulai Jl. Pegangsaan Dua (PT Jamafac) sampai dengan Pompa Bulak Cabe dengan total panjang saluran ± 8,75 Km (Sudah dikeruk ± 2,4 Km dan yang belum dikeruk ±6,35 km) yang sudah dimulai dari tahun 2024 dan ditargetkan selesai pada triwulan 2 (dua) Tahun 2027 .Pompa Bulak CabePembangunan Pompa dengan Kapasitas Pompa 3 x 8 m3/detik dan pompa lumpur 2 x 0.25 m/3 detik. Kegiatan Pembangunan Pompa untuk peningkatan Pompa Bulak Cabe guna menarik aliran Kali Cakung Lama menuju Cakung Drainagar muka air Kali Cakung Lama lebih cepat mengalir menuju Cakung Drain sehingga potensi genangan akibat luapan kali Cakung Lama dapat tertangani.

Gubernur Pramono An...

Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung meninjau pengerukan Kali Cakung Lama di Jalan Gang Masjid, Kelapa Gading, Jakarta Utara, pada Senin (19/5/2025). Dalam peninjauan ini, Kepala Daerah Provinsi Jakarta itu didampingi Plt. Kepala Dinas Sumber Daya Air, Ika Agustin Ningrum, Wali Kota Jakarta Utara, serta jajaran Suku Dinas Sumber Daya Air Jakarta Utara.“Disini kita meninjau dimulainya, sebenarnya bukan dimulainya, sudah dimulai, tetapi kita melihat pengerukan yang ada di Sungai Cakung Lama,” ucap Gubernur Pramono.Ia menjelaskan bahwa pengerukan kali sepanjang 8 kilometer ini terbagi dalam 11 segmen dan ditargetkan selesai pada tahun 2027.Selain pengangkatan lumpur dan pelebaran aliran, sambung Gubernur, pada Kali Cakung Lama akan dilakukan pekerjaan penguatan tanggul serta pembangunan Pompa Bulak Cabai di hilir alirannya. Hal ini dilakukan sebagai bagian dari sistem pengendalian banjir terpadu.Ia pun menargetkan pengerukan ini dapat dituntaskan pada tahun 2027 mendatang agar masyarakat sekitar Kali Cakung Lama dan daerah Kelapa Gading dapat terbebas dari banjir.“Untuk itu pengerukan dimulai, dan harapannya tahun 2027 bisa diselesaikan,” ucap Pramono. “Mudah-mudahan kalau ini tertangani dengan baik maka persoalan banjir yang ada di daerah Kelapa Gading ini bisa tertangani.”Tentang Pembangunan Tanggul Kali Cakung Lama dan Pompa Bulak CabeBerdasarkan peta sebaran genangan tahun 2020 - 2025 daerah Pegangsaan Dua, Kelapa Gading Kota Jakarta Utara yang berulang setiap tahun dengan ketinggian genangan bervariasi sekitar 15 – 40 cm. Secara sistem daerah alirang sungai (DAS), wilayah genangan ini masuk ke dalam DAS Cakung Lama.Berikut permasalahan pada DAS Cakung Lama, antara lain:Pendangkalan KaliTingginya endapan sedimen di Kali Cakung Lama mengakibatkan pendangkalan di sepanjang Kali Cakung Lama yang menjadi salah satu penyebab terjadinya banjir di wilayah sekitar Kali Cakung Lama dan sekitarnya.Bantaran Kali yang LongsorKarena belum terdapatnya turap eksisting yang dibuat secara teknis sehingga jalan mudah terjadi longsor yang menghambat saluran dan membahayakan pengguna jalan.Genangan Akibat Luapan Kali Cakung LamaKondisi saat terjadinya saat hujan dengan intensitas cukup tinggi menyebabkan terjadinya genangan akibat luapan Kali Cakung Lama.Penyempitan Akibat BangunanKondisi saat ini kali yang semakin menyempit karena okupasi warga dan banyaknya bangunan dibantaran kali. Sehingga menyulitkan dalam melakukan pemeliharaan kali.Sebagai respons terhadap kondisi tersebut,Dinas Sumber Daya Air (SDA) Provinsi DKI Jakarta melalui Suku Dinas Sumber Daya Air Kota Administrasi Jakarta Utara melakukan pengerukan Kali Cakung Lama.Tujuan utama pengerukan ini adalah untuk mengangkat endapan lumpur, memperlebar aliran sungai, dan meningkatkan kapasitas tampung air agar tidak meluap saat hujan deras.Pengerukan Kali Cakung Lama terbagi dalam 17 Segmen dari Mulai Jl. Pegangsaan Dua (PT Jamafac) sampai dengan Pompa Bulak Cabe dengan total panjang saluran ± 8,75 Km (Sudah dikeruk ± 2,4 Km dan yang belum dikeruk ±6,35 km) yang sudah dimulai dari tahun 2024 dan ditargetkan selesai pada triwulan 2 (dua) Tahun 2027 .Pompa Bulak CabePembangunan Pompa dengan Kapasitas Pompa 3 x 8 m3/detik dan pompa lumpur 2 x 0.25 m/3 detik. Kegiatan Pembangunan Pompa untuk peningkatan Pompa Bulak Cabe guna menarik aliran Kali Cakung Lama menuju Cakung Drainagar muka air Kali Cakung Lama lebih cepat mengalir menuju Cakung Drain sehingga potensi genangan akibat luapan kali Cakung Lama dapat tertangani.

Update Progres Peng...

Dinas Sumber Daya Air (SDA) Provinsi DKI Jakarta melakukan pengerukan sedimen di badan air, baik sungai/kali maupun waduk/situ/embung di 5 kota administrasi. Pengerukan sudah dilakukan sejak Januari 2025 dan masih berlangsung hingga saat ini.Berdasarkan data hingga Jumat, 9 Mei 2025, total volume pengerukan sedimen sudah mencapai 268.584 meter kubik (m3) dari total target 637.310 m3.Pengerukan dilakukan di 147 titik dengan rincian sebagai berikut:60 titik di Jakarta Timur 31 titik di Jakarta Barat 20 titik di Jakarta Utara 19 titik di Jakarta Selatan 17 titik di Jakarta PusatPengerukan sungai/kali maupun waduk/situ/embung adalah proses untuk menghilangkan sedimen, lumpur, pasir, dan sampah yang mengendap di dasar atau tepian sungai. Pengerukan dilakukan untuk mengoptimalkan fungsi drainase.Pengerukan di waduk/situ/embung dilakukan dengan mengangkut sedimen lumpur yang mengendap untuk memaksimalkan kembali daya tampung waduk/situ/embung.Sementara pengerukan sungai/kali penting untuk menghilangkan sedimen, sampah, dan polutan, memperlancar aliran air, mencegah banjir, serta menjaga kesehatan lingkungan dan ekosistem sungai.Ketika sungai/kali dikeruk, kedalamannya akan kembali seperti semula, memungkinkan air mengalir dengan lancar, bahkan saat volume air meningkat akibat hujan deras. Dengan demikian, risiko banjir dapat diminimalkan.Tentang Kegiatan PengerukanPengerukan sungai adalah proses untuk menghilangkan sedimen, lumpur, pasir, dan sampah yang mengendap di dasar atau tepian sungai. Pengerukan sungai penting untuk menghilangkan sedimen, sampah, dan polutan, memperlancar aliran air, mencegah banjir, serta menjaga kesehatan lingkungan dan ekosistem sungai.Mengembalikan Kedalaman Sungai/WadukSungai yang mengalirkan air dari hulu ke hilir tidak lepas dari proses alamiah yang disebut sedimentasi. Sedimentasi terjadi ketika lumpur, pasir, sampah, dan puing-puing lainnya terbawa oleh aliran air dan mengendap di dasar sungai, danau, atau kanal. Seiring berjalannya waktu, penumpukan sedimen yang berlebihan dapat menyebabkan sungai menjadi dangkal dan jalur airnya menyempit.Akibatnya, beberapa masalah muncul. Salah satunya adalah sungai menjadi dangkal dan terhambatnya aliran air, yang pada gilirannya dapat menyebabkan penurunan volume dan debit air. Hal ini sangat berbahaya, terutama ketika musim hujan datang.Hujan yang turun terus-menerus dapat mengirimkan volume air yang besar, tetapi sungai yang dangkal tidak memiliki kapasitas untuk menampung air tersebut. Apalagi, jika sungai dipenuhi sampah, sampah-sampah tersebut dapat tenggelam atau menghalangi aliran air dan memperburuk keadaan.Tanpa adanya pengerukan, aliran sungai bisa terhambat, dan akhirnya, banjir bisa terjadi. Banjir ini tentu akan membawa banyak kerugian, baik material maupun dampak sosial.Tujuan PengerukanPengerukan sungai ataupun waduk bertujuan untuk memperbesar kapasitas tampungan sungai dan memperlancar aliran air. Ketika sungai dikeruk, kedalamannya akan kembali seperti semula, memungkinkan air mengalir dengan lancar, bahkan saat volume air meningkat akibat hujan deras. Dengan demikian, risiko banjir dapat diminimalkan.

Pembangunan Tanggul...

Pembangunan tanggul pengaman pantai National Capital Integrated Coastal Development (NCICD) Fase A terus berlanjut. NCICD atau Pengembangan Terpadu Pesisir Ibukota Negara (PTPIN) merupakan salah satu upaya untuk melindungi pesisir utara Jakarta dari ancaman banjir rob di yang terintegrasi dengan sistem pengendali banjir dan sistem polder sekaligus melakukan penataan kawasan atau pengembangan pesisir pantai Jakarta.NCICD Fase A memiliki total trase sepanjang 38,9 km. Hingga 30 April 2025, tercatat sepanjang total 8,5 km tanggul pengaman pantai telah terealisasi dari total trase sepanjang 20,9 km. Sehingga terdapat 12,4 km tanggul masih terus dikerjakan pembangunannya.Pelaksanaan pembangunan NCICD ini terbagi melalui Pemerintah Pusat oleh Kementerian PU dan Pemprov DKI Jakarta melalui Dinas Sumber Daya Air.Khusus untuk Dinas Sumber Daya Air Provinsi DKI Jakarta, pengerjaan difokuskan untuk Fase A, yang mana ini berfokus pada area pengaman pantai, garis pantai dan muara kali.Setidaknya, ada 6 lokasi klaster pembangunan NCICD di bawah kewenangan Pemprov DKI Jakarta:Kamal MuaraMuara AngkePantai MutiaraMuara Baru - Pantai TimurSunda Kelapa - Ancol BaratKali BlencongSejauh ini sejumlah wilayah telah terbangun NCICD Fase A, di antaranya  berada di Kali Kamal Muara, Kali Blencong, Muara Angke (Kali Adem), Muara Baru (Pantai Timur Muara Baru), dan Muara Angke (Pantai Muara Angke).Pembangunan tanggul pantai sebagai bagian dari proyek National Capital Integrated Coastal Development Fase A yang bertujuan untuk mengatasi banjir rob di pesisir Jakarta ini diproyeksikan rampung pada 2030.Sejarah NCICDSejarah pembangunan pembangunan tanggul NCICD ini dilatarbelakangi oleh kejadian banjir tahun 2007 di Jakarta. Pada November 2007, banjir yang terjadi adalah gelombang pasang melewati ketinggian tanggul di Muara Baru yang akhirnya melimpas ke berbagai lokasi dan menyebabkan genangan air sampai dengan ketinggian 1,5 meter dan bertahan selama beberapa hari.Para peneliti juga menyebutkan bahwa wilayah Jakarta Utara mengalami penurunan muka tanah sekitar 7,5 cm per tahun. Bahkan di beberapa lokasi, penurunan muka tanah ini bisa mencapai 17 cm per tahun yang membuat lokasi tersebut berada di bawah permukaan laut.Sementara wilayah Pesisir Jakarta merupakan lokasi yang sangat penting dalam mendukung kegiatan perekonomian dimana di lokasi tersebut terdapat kawasan perikanan, wisata, permukiman, dermaga pelabuhan, akses transportasi juga terdapat beberapa aset vital pembangkit listrik, hingga kawasan mangrove.Pada tahun 2008, tanggul tersebut telah diperkuat dan dipertinggi. Namun, karena terjadi penurunan muka tanah, tanggul ini kembali berada di level rendah dan rentan terhadap ancaman banjir.Pemerintah Pusat dan Pemerintah Belanda bekerja sama untuk mencegah dan mengurangi risiko banjir di Jakarta yang membuahkan studi Jakarta Coastal Defense Strategy (JCDS) atau Strategi Pertahanan Pesisir Pantai pada tahun 2011.Kemudian Pemerintah Pusat melakukan  pembaharuan konsep pengamanan dan pengembangan pesisir Jakarta dengan membuat Masterplan Pengembangan Terpadu Pesisir Ibukota Negara (PTPIN) pada tahun 2014 dengan konsep pentahapan NCICD Fase A (tanggul Pantai dan Muara Sungai), Fase B (Tanggul Laut sisi barat), dan Fase C (Tanggul Laut sisi Timur).Pada 2015, Pemerintah Pusat melalui BBWSCC Kementerian PUPR membuat perencanaan Detail Tanggul NCICD Fase A untuk seluruh Lokasi garis Pantai dan Muara Sungai dan kemudian selanjutnya bekerja sama dengan Pemda DKI untuk mulai melakukan Pembangunan Tanggul NCICD Fase A pada lokasi-lokasi kritis di pesisir utara Jakarta.Konsep NCICD kemudian terus diperbaharui selama beberapa tahun sesuai dengan kondisi dan kebutuhan Provinsi Jakarta dengan update perencanaan terbaru tercantum pada Integrated Flood Safety Plan pada tahun 2019.
Go To Top