No | Lokasi Pengamatan | Ketinggian Terakhir | Lokasi | Kab/Kota | DAS Polder | Selisih Waktu Dengan Saat ini | Ketinggian Hari Ini | Curah Hujan 1 Minggu | Curah Hujan 1 Bulan | Curah Hujan 1 Tahun |
---|
Program Pengendalian Rob dan Pengembangan Pesisir Pantai merupakan salah satu program penting yang dirancang oleh Dinas Sumber Daya Air (SDA) untuk menangani permasalahan rob serta mengembangkan wilayah pesisir pantai di Jakarta. Rob, yang merupakan banjir akibat naiknya permukaan air laut, menjadi tantangan serius di wilayah pesisir, terutama di Jakarta yang letaknya dekat dengan pantai dan berada di bawah permukaan laut. Program ini tidak hanya berfokus pada upaya pengendalian rob, tetapi juga mencakup pengembangan kawasan pesisir pantai secara berkelanjutan.
Fokus Program
Program ini bertujuan untuk melindungi masyarakat yang tinggal di daerah pesisir dari dampak rob yang sering terjadi akibat perubahan iklim dan penurunan muka tanah. Selain itu, program ini juga mendukung pengembangan pesisir pantai untuk meningkatkan kualitas lingkungan, ekonomi, serta sosial di wilayah tersebut. Fokus utama program ini adalah perumusan kebijakan yang tepat, pelaksanaan proyek-proyek fisik, pemantauan dampak program, evaluasi hasil, serta pelaporan yang akurat dan transparan.
Di aspek perumusan kebijakan, pemerintah daerah berperan penting dalam menyusun regulasi dan pedoman yang mendukung pengendalian rob dan pengembangan pesisir pantai. Kebijakan ini mencakup berbagai pendekatan, seperti pembangunan infrastruktur pengendalian banjir rob, restorasi ekosistem pesisir, serta perlindungan terhadap kawasan pesisir yang rentan. Dengan adanya kebijakan yang kuat, diharapkan program ini dapat berjalan sesuai dengan rencana dan mencapai hasil yang diinginkan.
Pelaksanaan Program
Dalam pelaksanaannya, Program Pengendalian Rob dan Pengembangan Pesisir Pantai melibatkan berbagai pihak, baik dari pemerintah, sektor swasta, maupun masyarakat. Salah satu komponen utama dari program ini adalah pembangunan infrastruktur yang dirancang untuk mencegah rob dan mengelola wilayah pesisir secara berkelanjutan. Infrastruktur ini mencakup pembangunan tanggul laut, sistem pompa air, dan penguatan garis pantai untuk mencegah air laut masuk ke daratan.
Selain itu, upaya pengembangan pesisir pantai juga melibatkan proyek-proyek seperti reklamasi pantai, pembuatan ruang terbuka hijau di kawasan pesisir, serta pengelolaan kawasan wisata pantai yang berkelanjutan. Tujuan dari pengembangan ini adalah untuk menciptakan kawasan pesisir yang lebih ramah lingkungan, menarik bagi wisatawan, serta meningkatkan ekonomi lokal melalui kegiatan pariwisata dan usaha kecil di sepanjang pantai.
Program ini juga berupaya untuk melibatkan masyarakat secara aktif dalam setiap tahap pelaksanaannya. Masyarakat pesisir, yang menjadi kelompok paling rentan terhadap dampak rob, diikutsertakan dalam berbagai kegiatan edukasi dan pelatihan. Mereka diberikan pemahaman tentang pentingnya menjaga lingkungan pesisir, cara menghadapi bencana rob, serta peluang ekonomi yang dapat dikembangkan di wilayah pesisir.
Pemantauan dan Evaluasi
Agar program ini berjalan efektif, pemantauan dan evaluasi dilakukan secara berkala. Pemantauan ini mencakup pengawasan terhadap kondisi infrastruktur pengendalian rob, penilaian terhadap dampak lingkungan, serta kajian terhadap kesejahteraan masyarakat pesisir yang terdampak oleh rob. Hasil pemantauan ini digunakan untuk memastikan bahwa seluruh kegiatan dalam program ini berjalan sesuai rencana dan memberikan dampak positif.
Evaluasi dilakukan untuk menilai efektivitas program dalam mencapai tujuannya, yaitu mengurangi frekuensi dan dampak rob serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat pesisir. Dari hasil evaluasi ini, pemerintah dapat menyesuaikan program dan kebijakan yang ada agar lebih sesuai dengan kebutuhan dan kondisi di lapangan. Laporan hasil evaluasi ini juga menjadi bahan pertimbangan untuk pengembangan program di masa mendatang.
Kesimpulan
Program Pengendalian Rob dan Pengembangan Pesisir Pantai merupakan upaya terpadu untuk mengatasi permasalahan rob yang terus meningkat akibat perubahan iklim dan penurunan muka tanah, sekaligus mengembangkan kawasan pesisir pantai agar lebih berkelanjutan dan berdaya saing. Melalui pendekatan yang holistik, meliputi perumusan kebijakan, pembangunan infrastruktur, serta partisipasi masyarakat, program ini diharapkan dapat menciptakan kawasan pesisir yang lebih tangguh, aman dari ancaman rob, serta berpotensi meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosial masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir.
Sistem Polder Pengendali Rob merupakan suatu langkah pengendalian banjir rob yang memiliki
ragam komponen di dalamnya, yaitu: Jaringan Drainase Kawasan, Kolam Penampungan, Tanggul
Keliling Kawasan, Pompa, dan Pintu Air. Manajemen pengelolaan Sistem Polder Pengendali Rob
berfokus dalam mengendalikan Volume, Debit, Muka Air, Tata Guna Lahan dan Lanskap.
Memiliki konsep yang sama dengan polder pengendali banjir, Sistem polder pengendali Rob
mengalirkan air kawasan langsung ke laut.
National Capital Integrated Coastal Development (NCICD) merupakan sebuah program pembangunan
tanggul pantai dan pengembangan kawasan pesisir Jakarta sebagai langkah pencegahan potensi
bencana banjir rob. Tak hanya itu, NCICD juga diharapkan dapat menyelesaikan beberapa
tantangan seperti sanitasi, dan penyediaan air yang lebih baik, konektivitas yang lebih baik
dan pengembangan masyarakat yang berkelanjutan di wilayah pesisir Jakarta. Program ini
merupakan program kolaborasi antara kementerian PUPR dan dinas SDA.
Saat ini NCICD berada di Fase A yang meliputi pembangunan Tanggul Pengaman Pantai dan Muara
Sungai sepanjang 38.9 km yang ditargetkan rampung pada tahun 2030
Fakta atau Mitos: Jakarta Tenggelam?
Jakarta Tenggelam menjadi isu yang seringkali hangat dibicarakan beberapa waktu terakhir. Faktanya, fenomena pemanasan global berdampak besar pada mencairnya es di kutub serta glasier, hal ini berdampak langsung pada tinggi muka laut yang terus naik setiap tahunnya. Ini menjadi perhatian global sebab ada banyak kota-kota pesisir dunia jadi terdampak langsung, kota-kota seperti Venesia di Italia, Kiribati, dan Tuvalu pun terancam akan tenggelam bila air laut terus meninggi.
Kondisi di Jakarta diperburuk dengan muka tanahnya yang mengalami penurunan dari tahun ke tahun akibat fenomena alami yang disebut sebagai land subsidence. Sayangnya, eksploitasi air tanah dan pembangunan yang berlebih mempercepat penurunan muka tanah di Jakarta, hingga 15 cm per tahun.
Walau menjadi sebuah fakta, ragam upaya telah dikerahkan oleh Dinas SDA DKI Jakarta untuk mengurangi dampak ini, mulai dari pelarangan penggunaan air tanah di beberapa wilayah di Jakarta, pembangunan stasiun pemantauan penurunan muka tanah, serta pembangunan tanggul pengaman pantai dan muara sungai di kawasan pesisir.